Kamis, 25 Juni 2015

Tugas: Terapi Kelompok

PSIKOTERAPI

Terapi Kelompok





FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS GUNADARMA

Disusun Oleh :
3 PA 02

Adelia Maharani (10512146)
Niken Ayuni Putri
Nurul Syahfitri (15512552)







Depok
APRIL 2015

BAB I

LATAR BELAKANG

Terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki kegiatan yang terstruktur dan memberikan efek trapeutik bagi anggotanya.
Kelompok : Kelompok adalah 2 orang atau lebih, dimana memiliki tujuan yang sama. Pada terapi kelompok ini, biasanya terdiri dari orang – orang yang memiliki masalah yang sama, baik yang sedang menghadapinya ataupun sudah melewatinya.
Efek trapeutik : Kegiatan yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek terapi kepada masing-masing anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri mereka, menceritakan masalah mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota lain. Hal – hal tersebut secara tidak langsung akan membantu mereka dalam menghadapi masalah mereka.
Menurut Alexander Beebee istilah terapi kelompok mencakup suatu rentang aktifitas yang luas, yang sama luas perbedannya seperti pendekatan terapeutik yang dapat ditemukan dalam psikoterapi individual. Dalam pengertian yang paling umum, terapi kelompok termasuk setiap pengumpulan dari orang yang lazimnya bertemu secara teratur, biasanya dengan pemimpin yang terlatih, untuk menangani masalah psikologik atau pertumbuhan pribadi mereka.
Empat ciri terapi kelompok, yakni:
- Persiapan dan penyaringan pengelompokan. Saringan dilakukan atas dasar potensi anggota kelompok;
- Membangun dan memelihara fokus kerja dalam kelompok;
- Keeratan kelompok (Group Cohesion); dan
- Reaksi-reaksi terhadap batas waktu.

Tujuan umum dari terapi kelompok antara lain :
  • untuk mengingkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku mereka
  • untuk memberikan pasien dengan keterampilan interpersonal dan sosial yang lebih baik
  • untuk membantu anggota beradaptasi dengan lingkungan rawat inap
  • untuk meningkatkan komunikasi antara pasien dan staf. Di samping itu, satu tipe pertemuan kelompok terdiri hanya staf rumah sakit rawat inap, ini digunakan untuk meningkatkan komunikasi antara anggota staf dan untuk memberikan dukungan dan dorongan yang saling menguntungkan dalam pekerjaan mereka sehari-hari dengan pasien. Pertemuan komunitas dan pertemuan tim, adalah lebih membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi kelompok kecil.
BAB II

TEKNIK TERAPI


Menurut Residen Bagian Psikiatri UCLA. (1997), bentuk-bentuk terapi kelompok antara lain : 
·                               Gaya kepemimpinan. Terapi kelompok dapat dibedakan suatu ragam parameter, salah satu diantaranya adalah gaya kepemimpinan. Beberapa kelompok berpusat pemimpin,dimana pemimpin sangat aktif,mengarahkan dan terlibat pada sebagian besar interaksi dalam kelompok. Dalam kelompok seperti ini, pemimpin secara berturut-turut dan tersendiri dapat mengurus anggota yang berbeda, berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia melakukan terapi perorangan.  Suatu peran yang berbeda adalah pemimpin yang berfungsi sebagai seorang konsultan yang diangkat untuk kelompok, dimana sebagian besar interaksi dan inisiatif terletak pada keanggotaan kelompok (berpusat kelompok). 
·                   Keanggotaan kelompok. Kelompok dapat berbeda dalam sifat dan beratnya penyakit psikologik anggota. Dapat diciptakan terapi kelompok yang homogen untuk masalah dan gejala utama dari anggotanya (contohnya untuk gangguan makan dan agorafobia). Dalam terapinya, sebagian besar kelompok terapi adalah heterogen dalam sifat masalah dan campuran demografik anggotanya.
·                             Struktur kelompok. Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya. Frekuensi pertemuan dapat bervariasi. Beberapa kelompok dapat bertemu beberapa kali seminggu. Dapat ditemukan kelompok-kelompok yang terbatas pada satu pembahasan yang diperluas, kemungkinan satu akhir pekan.
Terapi kelompok dapat berlangsung beberapa minggu, beberapa bulan atau beberapa tahun, dan biasanya dilakukan seminggu sekali. Biasanya terdiri atas 5-12 anggota (bergantung pada tipenya). Terapi dari banyak disiplin ilmu dapat melakukan terapi kelompok, banyak terapi kelompok dilakukan dengan menyertakan ko-terapis.

Teknik-teknik terapi kelompok :

PSIKODRAMA
Psikodrama merupakan suatu bentuk terapi kelompok, yang dikembangkan oleh J.L. Moreno (1982 - ) pada tahun 1946, dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa dia sendiri dilatih sebelumnya. Tujuan dari psikodrama ini adalah membantu seorang pasien atau kelompok pasien untuk mengatasi masalah-masalah pribadi dengan menggunakan permainan drama, peran, atau terapi tindakan. Lewat cara-cara ini pasien dibantu untuk mengungkapkan perasaan-perasaan tentang konflik, kemarahan, agresi, perasaan bersalah, dan kesedihan. Sama dengan Freud, Moreno melihat emosi-emosi yang terpendam dapat dibongkar (kompleks-kompleks emosional dihilangkan dengan membawanya ke kesadaran, dan membuat energy emosional diungkapkan/katarsis).
Metode Psikodrama yang sangat Penting. Seperti yang dikembangkan dan dipraktekkan oleh Moreno, psikodrama menggunakan tempat yang menyerupai panggung. Hal ini bertujuan supaya pasien memainkan peran di alam khayal, dengan demikian ia merasa bebas mengungkapkan sikap-sikap yang terpendam dan motivasi-motivasi yang kuat. Ketika peran dimainkan, implikasi-implikasi realistic dan tingkah lakunya yang dramatis menjadi jelas. Keterampilan terampis dalam mengenal dan menafsirkan dinamika yang diungkapkan memudahkan proses terapi.

Ada tiga tahap yang penting dalam psikodrama:
a. Tahap pelaksanaan, dimana subjek memerankan khayalan-khayalannya.
Tahap penggantian, dimana orang-orang yang sebenarnya menggantikan orang-orang yang dikhayalkan subjek.
b. Tahap penjernihan, dimana diadakan pengalihan dari kontak individu-individu pengganti ke kontak dengan individu-individu di mana subjek memiliki kesempatan menyesuaikan diri dengan mereka dalam kehidupan yang nyata.
Sebaliknya, Whittaker memberikan suatu gambaran singkat tentang bagaimana sebaiknya psikodrama itu dilaksanakan. Dia mengemukakan bahwa psikodrama menggunakan 4 instrument utama, yaitu :
a. Panggung, yang merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi subjek atau pasien.
b. Sutradara atau pekerja.
c. Staf dari ego-ego penolong (auxiliary ego) atau penolong-penolong teraupetik.
d. Para penonton. Ego-ego penolong maupun para penonton terdiri dari anggota-anggota kelompok lain. Strateginya adalah memberi kemungkinan kepada subjek untuk memproyeksikan dirinya kedalam dunianya sendiri dan membangkitkan respon-respon dari kawan-kawan anggota kelompoknya sendiri.

Selanjutnya, Whittaker mengemukakan 4 teknik yang bisa digunakan, yaitu:
a. Presentasi diri. Pasien mempresentasikan dirinya sendiri atau seorang figur yang penting dalam kehidupannya.
b. Memimpin percakapan sendiri. Pasien melangkah keluar dari drama dan berbicara pada dirinya sendiri dan kepada kelompoknya.
c. Teknik ganda. Seorangg ego penolong berperan bersama dengan pasien dan melakukan segala sesuatu yang dilakukan pasien pada waktu yang sama.
 d. Teknik cermin. Seorang ego penolong berperan sejelas mungkin menggantikan pasien. Dari para penonton, pasien memperhatikan bagaimana dia melihat dirinya sendiri sebagaimana orang-orang lain melihatnya.

Sutradara atau pekerja berfungi baik sebagai produser maupun sebagai terapis. Sebagai produser, ia memilih dan mengatur adegan-adegan yang juga memimpin tindakan (perbuatan) psikodramatis. Adegan-adegan dipilih berdasarkan situasi-situasi yang mengandung muatan emosional bagi pasien atau berdasarkan situasi-situasi dimana pasien bertingkahlaku tidak tepat atau tidak efektif dalam situasi-situasi seperti itu. Sebagai terapi, pekerja (sutradara) memberikan dukungan atau klarifikasi kepada para actor, dan kadang-kadang memberikan penafsiran (sering dengan bantuan para anggota kelompok lain) tentang adegan permainana itu.
Belakangan ini psikodrama dilakukan oleh orang-orang yang mempraktekkan bermacam-macam teori psikoterapi. Khususnya, para terapis Gestalt menggunakan psikodrama secara luas. Psikodrama juga digunakan dalam terapi perkawinan, dalam terapi anak-anak, penyalahgunana-penyalahgunaan obat bius dan alcohol, orang-orang yang mengalami masalah-masalah emosional, di lingkungan penjara, untuk melatih para psikiater dirumah sakit, untuk melatih orang-orang yang cacat, di perusahaan dan industry, dan dalam pendidikan serta dalam mengambil keputusan.
Kegunaan Psikodrama. Dengan mendramatisir konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman (insight) baru yang memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
ROLE PLAYING (MAIN PERAN)
Memainkan peran adalah suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara (drama). Taknik ini banyak digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok, misalnya diruang kelas, program-program hubungan manusia dalam bidang usaha dan industry, dan pertemuan-pertemuan latihan (training).

ENCOUNTER GROUPS
Encounter Groups adalah bentuk-bentuk khusus dari terapi kelompok yang muncul dari gerakan humanistic pada tahun 1960-an. Encounter groups bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lainalam suatu situasi diaman di dorong untuk mengungkapkan perasaan secara terus terang. Encounter groups tidak berlaku bagi orang yang mengalami masalah-masalah psikologis yang berat, tetapi hanya ditujukan kepada orang yang dapat menyesuaikan diri dengan baik, berusaha memajukan pertumbuhan pribadi, meningkatkan kesadaran mengenai kebutuhan-kebutuhan dan perasaan-perasaan mereka sendiri serta cara-cara mereka berhubungan dengan orang lain. Encounter groups berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini melalui pertemuan-pertemuan yang intensif atau konfrontasi-konfrontasi langsung dengan orang-orang baru. Beberapa kelompok dibentuk sebagai kelompok-kelompok marathon yang mungkin berlangsung terus-menerus selama 12 jam atau lebih. Karena bertolak dari pendekatan humanistic, Encounter groups, menekankan interaksi-interaksi yang terjadi ditempat ini dan kini.
Focus dari Encounter groups adalah mengungkapkan perasaan-perasaan yang asli dan bukan menafsirkan atau membicarakan masa lampau. Apabila seorang anggota kelompok dipersepsikan oleh orang lain bersembunyi di belakang kedok atau topeng sosial, maka orang lain berusaha sedemikian rupa supaya orang tersebut menyobek kedok itu, dan dengan demikian mendorong orang itu untuk mengungkapkan perasaan-perasaannya yang sebenarnya.
Teknik konfrontasi ini dapat merusak bila para anggota kelompok memaksa mengungkapkan dengan terlalu cepat perasaan-perasaan pribadi orang itu yang belum mampu ditanganinya atau bila orang itu merasa diserang atau dikambinghitamkan oleh orang lain dalam kelompok. Para pemimpin kelompok yang bertanggungjawab tetap berusaha mengendalikan kelompok itu untuk mencegah penyalahgunaan tersebut dan mempertahankan kelompok itu bergerak kearah yang memudahkan pertumbuhan pribadi dan kesadaran diri.


BAB III

KESIMPULAN

Dalam pengertian yang paling umum, terapi kelompok termasuk setiap pengumpulan dari orang yang lazimnya bertemu secara teratur, biasanya dengan pemimpin yang terlatih, untuk menangani masalah psikologik atau pertumbuhan pribadi mereka. Terapi kelompok juga memiliki beberapa tujuan, salah satu tujuan dari terapi kelompok yaitu untuk mengingkatkan kesadaran pasien terhadap dirinya sendiri melalui interaksi mereka dengan anggota kelompok lain, yang memberikan umpan balik tentang perilaku mereka. Selain itu terapi kelompok memiliki bentuk-bentuk antara lain gaya kepemimpinan, keanggotaan kelompok, struktur kelompok. Adapun teknik-teknik yang ada dalam terapi kelompok yaitu psikodrama, role playing dan encounter groups.


Referensi :
Sudarno, Paulus. (2009). Manajemen Terapi Motivasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Residen Bagian Psikiatri UCLA. (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Kaplan, Sadock’s. Psikoterapi Sinopsis Psikiatri. Edisi : Ketujuh. Jilid 2,  hal 383 – 442.
Samiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius
Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional

ANALISIS KASUS TERAPI KELOMPOK

Terapi kelompok adalah terapi yang dilakukan melalui sebuah kelompok namun memiliki kegiatan yang terstruktur dan memberikan efek terapeutik bagi anggotanya. Efek terapeutik yaitu kegiatan yang dilakukan dalam kelompok akan memberikan efek terapi kepada masing-masing anggota. Mereka akan belajar untuk membuka diri mereka, menceritakan masalah mereka, mendengar pendapat atau saran dari anggota lain.
Contoh kasus: 
Seorang wanita berusia sekitar 25 tahun dan memiliki seorang putri dikeluhkan oleh suaminya. Suaminya mengeluh karena istrinya sulit sekali mempercayai dirinya. Memang gejala ini sudah tampak sejak mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka berpacaran, namun semakin meningkat intensitasnya setelah mereka menikah. Apalagi setelah suaminya sering bepergian dinas ke luar kota. Apabila suaminya terlambat pulang dari kantor, maka istrinya akan langsung menuduh bahwa suaminya selingkuh dan memiliki wanita lain. Pernah pula istrinya curiga bahwa suaminya telah menikah dengan wanita lain. Keluarganya dan keluarga suami telah berulang kali meyakinkan bahwa suaminya selama ini tetap setia, namun sulit sekali untuk diterima oleh sang istri. Tetangga sekitar rumah pun kadangkala dicurigai oleh sang istri, sampai-sampai kadangkala suami tidak bertegur sapa dengan para tetangga. (sumber: kasus kepribadian).
Dari contoh kasus diatas, kami menganalisa kasus dengan menggunakan terapi kelompok. Dari terapi kelompok ini ada tiga teknik, yaitu: psikodrama, role playing, dan encounter groups.
Pertama, psikodrama adalah suatu bentuk terapi kelompok dimana pasien didorong untuk memainkan suatu peran emosional di depan para penonton tanpa pasien sendiri dilatih sebelumnya. Dengan mendramatisir konflik-konflik batinnya, pasien dapat merasa sedikit lega dan dapat mengembangkan pemahaman baru yang memberinya kesanggupan untuk mengubah perannya dalam kehidupan yang nyata.
Dimana menurut Whittaker mengemukakan psikodrama dengan 4 instrumen:
a.   Panggung, yang merupakan ruang kehidupan psikologis dan fisik bagi pasien. Pada media panggung ini pasien diminta bermain drama tanpa diberikan skenario dan menceritakan apa yang pasien rasakan pada saat itu.
b.   Sutradara
c.   Penolong terapeutik
d. Para penonton. Penontonyang terdiri dari anggota kelompok yang lainnya. Disini strateginya adalah memberi kemungkinan kepada pasien untuk dapat memproyeksikan dirinya pada dunianya sendiri dan memunculkan respon-respon dari teman-teman anggota kelompoknya sendiri.
Kedua, role play adalah suatu variasi dari psikodrama yang tidak menggunakan alat-alat sandiwara. Teknik ini digunakan untuk mendorong pasien berbicara dan mengembangkan persepsi-persepsi baru dalam berbagai situasi kelompok,.
Ketiga, encounter groups merupakan bentuk khusus dari terapi kelompok. Ini bertujuan untuk membantu mengembangkan kesadaran diri dengan berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lain dalam situasi dimana didorong untuk mengungkapkan perasaan secara terus terang.

Analisis Kasus:
Menurut kami, pada kasus diatas dapat digunakan terapi kelompok karena perlahan-lahan dapat membuat pasien menciptakan rasa percaya terhadap suaminya. Dalam teknik psikodrama, kita dapat mengetahui bahwa apa yang terjadi pada pasien melalui drama yang dibuat oleh pasien tersebut. Drama dilakukan pada sebuah tempat yaitu panggung yang dapat meggunakan media berupa alat-alat sandiwara, contohnya boneka yang dapat digunakan oleh pasien. Teknik role play atau bermain peran dengan menggunakan teman-teman kelompok si pasien. Terapis memberikan peran kepada setiap orang yang ada pada kelompok untuk melakukan peran dengan menjadi temannya yang ada pada kelompoknya sendiri. Ini dapat memberikan efek untuk membuat pasien mengerti bagaimana memahami perasaan orang lain dengan bergati peran tersebut dan diharapkan dapat diterapkan pada kesehariannya serta dapat menumbuhkan kepercayaan tersebut kepada suaminya. Teknik encounter group dimana berfokus pada bagaimana para anggota kelompok berhubungan satu sama lain. Melalui ini pasien diharapkan dapat berbincang dengan teman-teman kelompoknya untuk membantu mengembangkan kesadaran diri pasien dan mengungkapkan secara terus terang.

Sumber:
(kasus kepribadian):
Mbak aya, (2013). (http://coass-kita.blogspot.com/2013/02/gangguan-kepribadian.html) diakses pada tanggal 25 Juni 2015.
Sudarno, Paulus. (2009). Manajemen Terapi Motivasi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Residen Bagian Psikiatri UCLA. (1997). Buku Saku Psikiatri. Jakarta: Buku Kedokteran EGC
Kaplan, Sadock’s. Psikoterapi Sinopsis Psikiatri. Edisi : Ketujuh. Jilid 2,  hal 383 – 442.
Samiun, Yustinus. 2006. Kesehatan Mental. Yogyakarta: Kanisius
Zaviera, Ferdinand. 2007. Teori Kepribadian Sigmund Freud. Yogyakarta: Perpustakaan Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar